
Hal mengacu pada data IDC di kuartal IV tahun 2015, Andromax masih mampu mengisi posisi ketiga sebagai merek ponsel paling diburu di Indonesia.
Ketika itu Andromax berhasil meraih pangsa pasar 9,7%, di bawah Samsung dengan porsi 19,75%. Sementara pemuncaknya ditempati Asus dengan torehan 21,9%.
Lenovo berada di posisi keempat dengan raihan 9,2%, dan produsen merek lokal Advan berada di peringkat kelima dengan pasar sebesar 8,8%.
Namun ketika Smartfren mulai gembar-gembor 4G di tahun 2016 malah mencatatkan prestasi kurang baik bagi Andromax. Laporan IDC kuartal I dan II 2016 mencatat jika Andromax harus rela terdepak dari lima besar.
Meski demikian Smartfren punya alasannya sendiri. Menurut Sukaca Purwoardjono, Device Planning and Management Division Head Smartfren, alasan turunnya penjualan Smartfren semata-mata karena transisi yang tengah dilakukan Smartfren dari CDMA ke 4G.
"Tahun 2015 adalah mulainya transisi Smartfren ke era 4G. Karena itulah penjualannya jadi seret, dampaknya jadi ke tahun ini," ujar Sukaca, di restoran Bebek Bengil, Ubud, Bali.
Kembali ke laporan IDC untuk kuartal I dan II 2016, sekarang giliran Samsung yang mendominasi. Produsen Korea Selatan ini berhasil mencetak pertumbuhan yang terbilang lumayan, yakni sebesar 18%.
Tapi yang paling mengejutkan adalah Oppo, produsen Tiongkok ini mencatatkan pertumbuhan sangat besar yang mencapai 183%. Pun begitu, Oppo masih berada di posisi kedua.
Sedangkan peringkat ketiga diisi oleh Asus yang pertumbuhan penjualannya sekitar 24%. Advan dan Evercoss yang pertumbuhan penjualannya sampai minus malah mengisi posisi keempat dan kelima. Penurunan yang dialami kedua produsen lokal ini berada di angka -12% dan -15%.
Walau penjualannya melempem di semester I 2016, namun Sukaca yakin penerimaan Andromax akan kembali pulih. Terutama seiring makin diterimanya Smartfren 4G oleh konsumen Indonesia. "Lihat nanti di kuartal-kuartal selanjutnya," tantang Sukaca. (yud/ash)